Mual, perih dan kembung, disertai rasa sakit yang cukup luar biasa, ditambah suara aneh menyerupai dentuman ledakan tabung gas ijo #lebay, keluar dari perut saya. Rasanya seperti ada gas yang memaksa keluar dari mulut saya, seperti baru selesai minum soda. Ini belum selesai, karena segera setelah itu, mulut saya harus melakukan satu pekerjaan lagi, yaitu mengeluarkan cairan putih yang rasanya pahit.. lumayan..
"Apa ini?"
Cuma ini pertanyaan yang muncul waktu itu, kurang lebih satu tahun yang lalu..
Setelah tanya + browsing sana sini, saya memberanikan diri menarik kesimpulan, bahwa saya terserang asam lambung, tanpa pernah memeriksakannya ke dokter sampai tulisan ini saya ketik. Errr.. kayaknya sih sampai nanti-nanti juga, karena saya emang gak ada niat buat memeriksakannya ke dokter. Saya lumayan takut sama orang berseragam putih ini. (–˛ — º)
Saya khawatir.. tentu saja..
Setelah kejadian itu, saya gak bisa telat makan lagi. Perut saya akan langsung bereaksi mengulang paragraf pertama di atas, jika jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan saya belum menyumpal mulut saya dengan makanan. Saya juga cepat masuk angin dan kembung. Posisi AC yang tepat berada di belakang meja kerja saya, memperparah kondisi saya waktu itu. Saya harus bolak balik ke toilet untuk membuang angin-angin ekstra yang bersemayam dalam tubuh. Jika tidak saya buang, takutnya sih perut saya makin kembung dan meletus.. eehh!
Saya coba diskusikan dengan boss mengenai si AC, karena dua huruf ini benar-benar membuat saya menderita. Tapi, saya gak dapat solusi. Saking gak tahannya, saya pernah buat temperatur ACnya jadi 30 derajat! Hahhaa.. Ketauan sama istri si boss, saya dimarahin. Ya iyalah yaa? Mana ada juga orang pakai AC dengan temperatur 30 derajat, hahhaa..
Last but not least, efek paragraf pertama di atas adalah si heg heg. Yaa.. dia. Heg heg membuat saya terlihat sangat aneh diantara manusia-manusia lainnya. Suara ini terus menemani hidup saya, kapanpun dan dimanapun, dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Yang saya takutkan kemudian adalah ketika harus menjalani puasa. Saya ragu apakah saya bisa dengan kondisi saya yang sekarang? Jangankan gak boleh makan dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Wong nahan 2 jam aja saya udah kepayahan! Apa yang harus saya lakukan? (-̩̩̩-̩̩̩_-̩̩̩-̩̩̩)
Disertai perasaan cemas, saya tetap puasa dan Alhamdulillah nyampe 1 bulan penuh. Walaupun, pada hari pertama puasa, perut saya rasanya hancur-hancuran, badan saya remuk redam. Mungkin terkesan sangat dipaksakan. Keluarga saya juga bilang begitu. Puasa kan gak wajib bagi orang sakit. Puasa juga gak bertujuan untuk menyakiti..
Saya cuma yakin, saya bisa, saya kuat dan Allah mengijinkannya.. (˘⌣˘ʃƪ)
Soal obat, yang pertama kali saya minum adalah jenis obat asam lambung yang suka muncul di TV. Efektif sih menghilangkan sakit seketika nyeri terasa. Tapi, saya gak mau tergantung dengan obat. Apalagi obat-obatan berbau kimia. Setelah lebaran, mama menganjurkan saya makan obat ter-eegghh di dunia. Obat hasil browsing mama ke tetangga, kuning telur bebek mentah + tepung kanji, atau saya sebut permen karet teji (telur kanji). Cara membuatnya gampang. Campurkan kuning telur bebek mentah + tepung kanji hingga menyatu seperti ubi rebus. Setelah itu? Silahkan menikmati dan dilarang minum hingga 1 jam ke depan.. iiiyyaaagghhh! Hahhaa..
Frekuensi memakannya sih 3x seminggu. Jika kemudian penyakit terasa berkurang, kurangi menjadi 2x seminggu, kemudian 1x seminggu, hingga tidak sama sekali, kalau kamu merasa memang sudah benar-benar sembuh. Saya sendiri, hanya bertahan hingga minggu ke dua, teji ke lima. Entahlah, tapi DIA bilang sudah cukup, saya harus berhenti. :)
Lepas dari teji, saya masih harus tetap berjibaku dengan kanji format baru, minus telur plus gula merah yang dimasak hingga menyerupai ongol-ongol. Kalau yang ini, rasanya jauh lebih lumayan dibandingkan teji. Obat ini juga gak bertahan lama di saya, karena saya juga memutuskan untuk menghentikannya.
Saat ini, saya gak mengkonsumsi obat apapun juga. Saya rasa, biarkanlah seperti ini. Saya sudah terbiasa dengan semua kondisi paragraf satu. Saya sudah berdamai dengan penyakit ini, dengan heg heg. Toh, heg heg datang karena kesalahan yang saya buat sendiri. Dulu saya sangat apatis terhadap tubuh ini. Dengan entengnya saya bisa berkata, "lagi malas", ketika ada orang yang bertanya kenapa saya tidak makan. Saya juga bisa bilang, "tenang, aku masih kuat kok..", ketika seorang teman menawarkan makanannya di puncak gunung. Padahal saya sudah kehilangan banyak tenaga sehabis mendaki dan belum makan nasi sejak kemarin sore, plus cuaca yang sangat dingin. I must be crazy... (╥_╥)
Raga ini titipan Tuhan. Dipinjamkan dengan hak guna tanpa batas, tanpa biaya. Mungkin karena ini, saya jadi lupa dan berlaku sesuka hati saya.
Penyesalan kan emang selalu datang belakangan. Nasi juga udah jadi bubur dan saya gak suka bubur, jadinya gak mungkin saya makan. Saya lebih suka martabak telur, errr..
Yaah, sekarang tinggal gimana kesadaran diri saya aja untuk menjaga yang sudah rusak, agar tidak bertambah rusak..
Semoga Allah mengampuni saya dan lambung memaafkan saya..
0 komentar:
Posting Komentar