#salam2jari dari Saya


Gak ada manusia yang sempurna. Saya, kamu, dia, mereka, kita semua, gak ada satupun yang sempurna. Kita semua punya kekurangan, punya kesalahan, punya sifat-sifat yang tidak/kurang baik, penuh kealpaan. Tapi, kita semua masih dan harus bisa membuka pikiran, mencari data/informasi yang sesuai dengan fakta, melihat sesuatu dari beberapa sudut pandang yang berbeda, agar bisa mendapatkan perbandingan, menganalisa permasalahan yang sebenarnya, mendiskusikannya dengan hati dan akal sehat, hingga pada akhirnya bisa menarik suatu kesimpulan atau mengambil keputusan yang benar, baik dan sesuai dengan pertimbangan akal sehat dan kemurnian hati.

Saya lagi ngomongin Pilpres yang sebulan terakhir benar-benar memberikan perasaan warna-warni buat saya. Kesal, senang, marah, bahagia, sedih, terkejut, terharu, semuanya campur aduk. Kata orang sih, kalau kita udah suka sama satu orang, bagaimanapun ceritanya, penilaian kita akan jadi subjektif (kebanyakan). Benar (yang saya rasa). Tapi, harusnya kita masih bisa kasi porsi untuk sisi objektifnya. Mmm, kali ini kayaknya saya agak pintaran dikit nulisnya.

Saya tau, perasaan ini gak bisa dipaksakan. Kalau kamu udah terlanjur jatuh cinta sama salah satu capres/cawapres, ada baiknya kaan kamu sisain sedikit aja ruang di kepala kamu, dikiitt aja, agar kamu masih bisa menerima data/informasi yang belum kamu ketahui tentang pasangan pilihan kamu, agar cinta yang kamu miliki gak buta dan bisa dipertanggungjawabkan. Atau kalau kamu emoh, coba deh tanya ke hati dan dengerin jawaban yang diberikan sang empunya hati. Buat saya ini penting, agar cinta kita tidak berubah menjadi cinta buta, yang akan membuat kita dengan gampangnya menolak atau bahkan menyerang orang-orang di sekitar yang mencoba mengingatkan atau memberikan informasi yang benar, yang baik, karena mereka punya cinta yang tulus untuk kamu. *pada ngerti gak ya saya ngomongin apa?

Sebelum saya lanjutnya, ada baiknya kalau saya tuliskan, saya ini pendukung pasangan capres/cawapres no. 2. Karena sebenarnya tulisan ini adalah luapan kekesalan saya terhadap... (pasti kamu ngerti abis baca) Aarrgghhh! Puukk puukk puukk! Pengen numbuk bantal! 
Ceritanya tadi malam abis nonton debat capres/cawapres terakhir, saya dapat pesan bb dari salah seorang rekan kerja yang seluruh cintanya udah dia kasi buat pasangan yang bukan saya pilih. 
"Pasangan No. 1 Dist, Prabowo Hatta. Tulis aja, apa susahnya."
"Oh iya iya."

Karena emang lagi trend di seluruh dunia, hampir tiap hari kami juga ngebahas Pilpres. Bahas inilah, itulah. Begini, begitu. Debat, masing-masing ngotot dengan pilihannya, sampai emosi (saya yang emosi, dia cengengesan menyebalkan. Makanya tambah gregetan). Saya ngotot juga dong sama pilihan saya, enak aja! Zaman sekarang kita gak bisa diam-diam aja. 
Hingga akhirnya setelah tiga atau empat kali debat, saya gak mau lagi, emoh, capek meladeninya. Gak akan ada habisnya. Cintanya udah benar-benar buta. Saya gak memaksa dia untuk pilih no 2 seperti saya. Cuma saya juga gak mau dong, pilihan saya terus-terusan dijelekkan, tanpa bukti, tanpa fakta, tanpa mencari kebenaran yang sesungguhnya. Yang terus saya debatkan adalah tuduhan-tuduhan yang dilontarkannya. Saya gak suka. Kalau benar sih saya terima, lah ini? Jadi ya sudahlah yaa, saya putuskan untuk diam saja kalau ada pembahasan-pembahasan jenis ini di kantor dari dia. Tapi, karena kadang saya gak tahan, saya nyambar juga, hahah.

Lanjut cerita yang malam-malam tadi, saya tau sih kalau kiriman pesan itu pasti berbau-bau gak sedap, beraroma jahat, gak tulus buat kasi informasi. Karena dikirim setelah selesai acara debat. Udah pernah kejadian beberapa kali soalnya. Begitu tau pesan itu dari dia, saya cuma mikir, apalagi yang dikirimnya kali ini..
Nah pagi ini pesannya saya baca dan.. isinya benar sesuai dugaan. Dia kirim screen grab judul berita di salah satu media mengenai pendukung Jokowi yang makan dan minum tanpa rasa malu selama konser salam 2 jari di GBK. Sebenarnya saya mau marah balik ke dia (abis kadang udah jengkel tingkat tinggi), cuma ntar hubungan kerja jadi gak enak. Ya udah, saya cuma balas, minta dia agar lain kali kirim berita yang lebih elegan. 
Ppuukk ppuukkk! Saya mau pukulin kepala sendiri dulu pakai bantal..
Walau sebenarnya gak perlu, karena dari judulnya aja saya udah bisa tau itu berita macam apa, tapi hari ini saya coba cari beritanya dan saya baca penuh sampai habis, biar adil. Gak salah sih dugaan saya. Dugaan tentang beritanya, dugaan tentang medianya, yang ternyata isi beritanya juga ngutip dari media lain, bukan hasil liputan, wawancara langsung dengan narasumber. 

Dari judulnya saja sebenarnya udah ketahuan ini berita sampah, sorry to say. Pertama, apakah udah gak ada lagi sisi dari Pak Jokowi yang bisa diserang, sehingga kini pendukungnya yang kena giliran? Kedua, yang datang ke GBK itu banyaakk! Giling ya, mungkin bisa ratusan ribu! Saya yang ngeliat dari TV aja sampai merinding terharu, apalagi kalau bisa merasakan langsung situasi di sana. Masyarakat yang hadir punya latar belakang, suku, agama yang berbeda. Hei hei hei.. Itu bukan acara pengajian, jadi bukan cuma umat muslim yang datang! Emang yang muat berita tau agama si pelaku makan/minum? Emang sebelum nulis berita dia ada wawancara dulu ke pelaku?
"Maaf ya, Mbak/Mas agamanya apa? Mbak/Mas gak puasa ya?"
Oke, katakanlah si pelaku muslim, gak puasa, trus SO WHAT?! Itukan urusan dia sama Allah. Ngerugiin situ gak? Kalau situ ikut-ikutan makan/minum karena gak tahan melihat mereka yaa artinya iman situ gak kuat. Udah, habis perkara. 
"Kita kan punya kewajiban sebagai sesama umat muslim buat saling mengingatkan?"
"Benar, tapi pertanyaannya udah di luar konteks judul dan isi berita, so please stop. Saya gak mau jawab karena gak sesuai konteks. Males ah, ngapain juga saya capek-capek nanggapin kamu, heh."
Buat saya, cinta itu gak buta, kita yang membutakannya. Akan sangat susah untuk mengakui (apalagi menerima) hal-hal jelek dari orang yang kita cintai. Biasanya sih orang bilang tutup mata sebelah aja. Karena kita bukan nabi, makanya saya dari awal bilang, kalau kamu punya cinta yang besar, tolong sisakan sedikit ruang saja dan coba kembalikan semuanya ke hati. Kalau sudah dilakukan dan kamu tetap cinta ya ndak masalah, itu hak asasi manusia kan? Tapi, tolong jangan merusak cinta orang lain dengan tuduhan yang tidak benar. 

Cinta saya terhadap Pak Jokowi juga bukan tanpa proses. Sebelum masa pilpres saya gak pernah peduli sih siapa dia. Ya karena gak punya keterkaitan juga. Awalnya saya malah suka dengan Pak Prabowo. Saya kagum dengan sosok dan cita-citanya untuk Indonesia. Ini hasil lihat dari iklan dan di TV-TV sih, habisnya sama seperti Pak Jokowi, saya juga gak punya keterikatan apa-apa dengan beliau. Sebenarnya saya cenderung termasuk kelompok apatis, bodo' amat. Tapi, gak tau kenapa, di Pilpres ini saya sangat antusias, gak mau golput lagi. Nah menjelang Pilpres, karena hanya ada 2 calon, saya gak punya banyak pilihan. Begitu banyaknya pemberitaan di media membuat saya bingung. Bener gak ya Pak Jokowi gitu? Bener gak ya Pak Prabowo gini? Waww! Masa sih?

Media bisa disetir, jadi semua beritanya belum tentu bisa saya jadikan pegangan. Begitu juga dengan jutaan informasi yang tersedia di internet. Walaupun dari rekam jejak sebenarnya saya sudah memilih Pak Jokowi, tapi saya belum begitu yakin. Saya coba terus gali informasi sana-sini. Sebagian besar waktu luang saya habiskan untuk membaca lini masa para pengguna twitter yang pernah berhubungan langsung dengan beliau. Karena saya pikir, kicauan-kicauan mereka yang disertai data/fakta cukup logis untuk saya jadikan pegangan. Belum puas juga sih. Saya mengikuti terus 5 rangkaian debat capres di TV. Selesai debat pertama, saya sudah yakin menjatuhkan pilihan. 

Tulus, jelas, sederhana dan tau apa yang akan dilakukan buat bangsa ini. Setiap masalah ada solusinya. Semuanya sudah terprogram dengan baik. Semuanya bisa kita lakukan asal ada niat. Cuma butuh niat dan kemauan. Sederhana sekali ya? Ini yang paling saya kagumi dari sosok Pak Jokowi. Dalam 4 kali debat, unsur-unsur di atas gak pernah hilang, malah berkembang menjadi semakin baik. Pak Jokowi bisa menjawab pertanyaan dari moderator yang begitu menjelimetnya dengan bahasa yang sangat sederhana, yang bisa dimengerti oleh rakyat biasa seperti saya. Hal-hal ini sih yang paling membuat hati saya yakin.

Gelombang relawan yang terus berdatangan dari setiap lapisan masyarakat dan ikhlas bekerja semakin menambah haru perjuangan akan cita-cita Indonesia baru yang lebih baik. Para artis, seniman, pekerja seni juga bersatu membaur dengan masyarakat untuk tujuan yang sama, kedudukan yang sama sebagai rakyat Indonesia dan semangat yang sama. We say it's People Power and you can't deny it. Puncaknya sudah kita saksikan sendiri di acara Konser Salam 2 Jari di GBK, ini bukti yang tak terbantahkan. 

Gak ada yang sempurna di antara kedua pasangan. Pak Prabowo baik, cuma Pak Jokowi jauh lebih baik buat saya. Saya yakin beliau lebih mampu mengatasi persoalan-persoalan bangsa ini. Dua hari lagi, Pilpres akan dilaksanakan. Begitu ramainya isu-isu yang tengah berkembang saat ini semoga tak memudarkan semangat kita untuk mencapai Indonesia yang lebih baik. Semoga Allah selalu melindungi kita, melindungi bangsa ini dari niat-niat jahat orang yang tidak bertanggung jawab. Menjauhkan kita dari segala bentuk kejahatan dan marabahaya yang bisa mengancam kedamaian kita. Semoga Allah memberikan pemimpin yang terbaik untuk negara ini, yang bisa memenuhi harapan-harapan bangsa ini..
Amin.


0 komentar:

Posting Komentar