Hate This


"Kak Kak polisi Kak! Ke kiri, kiri! Cepat!"
"Iya iya bentar!"
"Cepat!"

Oh, shit!

"Udah liat dia Ra! Udah ketahuan, gimana ni?! Turun turun!"
"Oke oke, Rara turun di sini!"

Oh God, temannya datang, gimana?!
Aku gak tau harus mikir apa. Isi kepalaku kosong ditambah kondisi jantung yang semakin memperparah keadaan. Denyutannya sangat menyiksaku. Aku mencoba kuat, tanganku gemetar.
Dia semakin dekat, sial!
Aku ingin kabur, lampu merah! Aku ingin bergeser ke samping lalu kabur, lalu lintas sedang padat. Tak ada ruang untukku bergerak. Ayo pikir, pikir! 
Aagghh dadaku serasa ingin meledak! Aku harus apa?!
"Selamat malam!"

Tit tit tit tit tiiiittttttt --- ---- ---- ---- ---- --------------------------

Aku masih hidup dengan gemetar, dia menatapku, sial!

"Kenapa diturunkan tadi temannya Mbak?"

Aku gak punya waktu untuk berfikir.

"Teman yang mana Pak?"
"Tadi teman Mbak kan yang barusan lewat?"

Aku menyerahkan semuanya ke otak.

"Gaakk.. Saya gak ada bawa teman.."

Otak menyuruh mulutku berbohong

"Jangan bohong Mbak."
"Gaakk, saya gak bohong!"

Ugh, suaraku meninggi. Calm down, please..

"Teman Mbak kan yang tadi barusan lewat?! Yang ada di sana?!"
"Yang mana Pak? Gak.. bukan teman saya.."
"Perlu buktinya?"
"Iya, boleh."

Duh, kenapa aku bilang ini?

"Ok, ayo kita lihat CCTV nya. Kami punya CCTV yang terpasang di lampu lalu lintas di atas."

Deg!!

"Teman Mbak tadi pakai jilbab kan? Yang barusan lewat? Ayo kita lihat buktinya di CCTV."

Aku terdiam, menoleh ke samping, tak kuasa menatap matanya. Baru kusadari, aku sendirian di tepi jalan ini. Sudah hijau. Hanya satu dua kendaraan yang sesekali melintas. Kondisiku semakin kritis. Aku tak bisa merasakan tubuhku. Mungkin begini rasanya jika kita tidak bisa lagi mengatakan, pisang..

Pasrah.

"Maaf ya Pak.. Iya, tadi itu teman saya.."

Dia hanya diam, terus menatapku.

"Ya Pak.. Saya minta maaf ya.. Maaf ya Pak, maaf.."
"Saya mau liat SIM dan STNK nya."

Huhh..

"Maaf ya Pak, maaf.. Di sini aja Pak lihatnya?"
"Ya."

Tolong jangan lihat saya seperti itu Pak. You make me like a horrible person, even tough I know I am right now..

"Ini Pak.."

Aku merasakan tarikan nafasku untuk pertama kalinya sejak aku melihatnya berjalan menuju ke arahku. Aku tidak menangis, tapi aku ingin ada seseorang di sampingku untuk mengingat ekspresi wajahku saat ini.
Dia memperhatikan lembaran kertas yang kuberikan di tangannya. Lalu dia berpaling, oh my..

"Maaf ya Pak.. Maaf.. Saya minta maaf ya.."
"........"
"Maaf Pak.."
"Lain kali jangan berbohong."
"Ya Pak. Maaf ya Pak.. Maaf maaf.."

Aku tau, seluruh tubuhku ikut memelas padanya.

"Maaf ya Pak.. Maaf.."

Dan kami berhasil. Aku dan tubuhku.
Sorot matanya melemah..

"Lain kali jangan diulangi. Jangan suka bohong Mbak."
"Ya Pak, maaf ya Pak.. Maaf.."

Aku sadar, aku bisa masuk rekor MURI untuk pengucapan kata maaf terbanyak tanpa disengaja dalam waktu lima menitan.

Dia mengangguk dan menepi

"Maaf ya Pak.. Maaf.."

Aku bergegas pergi sambil menatapnya untuk pamit, tapi dia tidak melakukan hal yang sama untukku. Aku bergegas mencari adikku. Ya dia adikku, bukan temanku.
Aku benci perasaan ini. Perasaan ketika diberhentikan oleh polisi di tepi jalan. Aku ingin udara malam menghapus ingatan ini, sungguh.., tapi tak bisa.

*sigh..
Can we just stop? I hate this feeling, really. I know this is all my fault.
Aku lupa bawa helm.

0 komentar:

Posting Komentar